Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 23 Oktober 2014

Penginapan Gratis Di Singapura

Ini pengalaman saya pertama kali backpacking ke luar negeri. Pada awalnya saya hanya berniat ke Batam ke tempat teman saya Joy bekerja. Sesampai di Batam tiba-tiba Joy mengajak saya jalan ke negeri seberang.

"Lo bawa paspor ga? Nyebrang ke Singapur yuk.."

Sebenarnya ajakan inilah yang saya harapkan dari sebelum berangkat. Pengennya ngajak duluan tapi takut merepotkan. Ternyata doa dalam hati saya terjawab. Saya girang sekali sebentar lagi akan melihat patung singa muntah pastinya akan gegayaan seolah-olah nadahin muntahannya pake mulut aaauuww...

"Ntar nginep tempat temen gw aja"

Wah bagus banget, pengiritan bok. Temen Joy bekerja di Singapura dan katanya malam itu lagi sendirian.

Joy mengurus segalanya, membeli tiket kapal ferry PP (kalau beli PP harganya lebih murah) dan menghubungi temannya yang di Singapura. Setelah semua beres kami menuju ke Pelabuhan Batam Center tempat kapal jurusan Batam-Singapura bersandar. Sekitar jam 6 sore kapal mulai bergerak meninggalkan Batam. Satu jam kemudian kapal mulai merapatkan diri di Terminal Ferry Harbourfront. Waktu Singapura lebih cepat 1 jam dari waktu Indonesia barat sehingga saat itu kami sampai Singapura jam 8 malam.

Setelah proses imigrasi kami masuk ke Harbourfront Center, yang memang satu gedung dengan pelabuhan ferry. Harbourfront Center adalah salah satu shopping mall yang megah di Singapura. Di sini banyak pilihan transportasi umum untuk menuju ke bagian lain di Singapura seperti MRT (kereta api), taksi dan Bus. Tentunya kami memilih MRT yang paling murah.

Singkat cerita, sampai di sini hp kami mati semua. Joy bawa 2 hp dan dua-duanya keok, padahal nomer telepon temannya ada di situ. Coba memindahkan simcardnya ke hp saya, hp saya pun gelap ga ada tanda-tanda kehidupan. Itulah kebodohan kami bukannya dicatat dulu nomer telepon dan alamat dengan benar malah mengandalkan hp.

Sambil menikmati Singapura diwaktu malam sesekali kami mencoba memencet hp dengan harapan bisa menghubungi teman si Joy. Ternyata sia-sia. Akhirnya kami memutuskan tidak jadi numpang nginep dan akan duduk sampai pagi di area Merlion Park (tempat singa muntah bertengger). Anggep aja lagi dines malem. Kebetulan saat itu lagi weekend jadi banyak orang yang datang ke tempat itu. Sepertinya bakal ramai sampai pagi.

Kira-kira jam 12 malam kami berniat mencari mushola mengingat belum sholat isya. Kami berjalan menyusuri tepi pantai tapi hanya ada bar dan hotel-hotel mewah. Melihat hotel mewah saya jadi teringat dahulu kala pernah numpang sholat di lobby hotel bintang 5 di Jakarta. Kemudian timbul niat untuk mencoba masuk ke salah satu hotel di kawasan itu dan menanyakan barang kali di lobby ada musholanya.

Beberapa hotel kami datangi tapi yang terlihat sangat mewah dan exclusive, pastinya ga berani coba-coba. Setelah muter-muter akhirnya ketemu hotel yang masih rame banyak orang keluar masuk. Entah hotel apa. Lalu kami ucluk-ucluk masuk dan disambut oleh mbak resepsionis yang cantik. 

"Hello..." sapa mbak cantik.
"Excuse me disini ada prayer room ga miss? tanya si Joy dengan polosnya.
"Prayer room...? Oh No!! mbak cantik seketika berbalik badan

Kami saling berpandangan bengong tanpa beranjak dari tempat itu. Saya menengok ke pojok kanan ada sofa bagus lengkap dengan mejanya dan di pojok kiri ada toilet.

"Joy kita numpang sholat di sofa itu aja trus wudhunya di toilet sana"
"Tapi dimarahin ga?"
"Ga kali cuma numpang sholat doank"
"Ya udah yuk..!!"

Kemudian kami masuk ke toilet yang ternyata bagus banget, wangi, bersih dan kinclong. Seandainya kami diijinkan nginep di toiletnya pun pasti terimakasih sekali. Di toilet itu tidak ada orang lagi selain kami berdua sehingga dengan santainya kami pun selfie-selfie dengan berbagai gaya.

Selesai wudhu kami menuju ke sofa. Tidak banyak orang di dalam ruangan itu tapi masih terlihat ada aktivitas. Ada slow musik dan suara orang mengobrol yang kadang disusul dengan tertawa pelan. Kami tidak peduli dengan suara-suara itu. Saya segera memakai mukena dan sholat sambil duduk dipojokan sofa. Joy yang sedang tidak sholat berjaga-jaga, kalau-kalau kami diusir.

Selesai sholat, ada perasaan lega kewajiban telah terpenuhi muka pun seger karena telah terbasuh air. Sambil bersandar di sofa yang wangi empuk dan lembut, selembut kasur saya di kost'an (bo'ong banget) serta ruangan sejuk yang kontras dengan udara di luar, mata saya rasanya ingin dipejamkan. Saya lihat Joy duduk di sofa sebelah juga sedang menikmati empuk dan lembutnya sofa.

"Joy kita tidur di sini aja yuk"
"Diusir bego"
"Kalo diusir kita tinggal pergi, lumayan kan udah tidur sejam dua jam"
"Iya juga ya, kadang-kadang lo pinter"
"Jidat lo, emang gw pinter"
"Ya udah gw tidur di sini ya, tidur sambil duduk apa rebahan beneran?"
"Rebahan beneran aja kakinya naik"
"Beneran kaki gw naik nih" kata Joy masih setengah yakin.
"Iya kita tidur aja bawel" jawab saya dengan posisi yang sudah pewe.

Awalnya agak susah untuk menutup mata, was-was juga takut dimarahin. Lama-lama saya pun terlelap ke alam mimpi. Tiba-tiba dikejutkan oleh suara...

"Woee...bangun udah pagi.."
"Udah pagi? Kok kita ga diusir?" saya melihat keluar ternyata diluar sudah agak terang. "Kita sholat subuh disini sekalian ya, selagi ada toilet" 

Kami ke toilet lagi bersih-bersih badan (tidak mandi hanya di lap), dan ganti baju. Badan saya bener-bener seger serasa habis istirahat di hotel mewah. Beres urusan toilet saya sholat subuh di sofa. Suasana di ruangan itu lebih sepi dibanding semalem. Selagi saya sholat Joy berkeliling melihat-lihat isi ruangan.

"Ini bukan hotel tau"
"Hah, trus apa?"
"Ini bar, trus semua pintunya udah dikunci"
"Ah ngarang lo"
"Beneran pintu yang semalem kita masuk juga dikunci"
"Pintu yang ngadep ke danau?"
"Dikunci semua"

Saya melipat mukena dan memasukkannya ke dalam tas. Sambil menenteng tas saya mengikuti Joy yang ingin menunjukkan semua pintu akses keluar yang telah terkunci. Langsung terbayang kalau bar bukanya pasti malem lagi, tiket pulang ke Batam gimana...?? Ini di negara orang, gimana nasib kita kalau ditangkap trus dibawa ke polisi??. Segala perandaian buruk melayang di pikiran. Kami hanya bisa saling berpandangan tanpa keluar sepatah kata pun. Mata kami jelalatan memperhatikan seluruh ruangan berharap ada pintu keluar.

Kemudian Joy iseng masuk ke tempat bartender. Saya mengikuti dari belakang. Di ruang itu terdapat beberapa rak penuh dengan segala minuman. Di belakang rak ada pintu kaca yang hanya diikat dengan rantai. Kalau didorong bisa terbuka sedikit. Joy berusaha keras keluar melalui pintu itu, saya membantu mendorong pintu dan badan Joy dari dalam, dan ternyata BERHASIIIL....!!! Lalu giliran saya, saya dibantu ditarik dari luar oleh Joy dan berhasil jugaaa... Haaahh... Alhamdulillah lega rasanya kami bisa keluar, tanpa harus berurusan dengan yang punya tempat.

"Tengkyu ye penginapannye" teriak Joy.
"Kapan-kapan kita nginep lagi hahahaa...."

Setelah mengabadikan beberapa gambar kami segera menjauhi tempat itu, takut ketahuan oleh pemiliknya. Yang bikin kami tertawa ngakak sepanjang jalan adalah mengingat kejadian semalem begitu bodohnya kami, cari mushola kok di bar. Pantes aja mbak resepsionisnya langsung sewot ketemu dua makhluk culun berkaos oblong kucel, sendal jepit, ga seperti tamu-tamu biasanya yang terlihat serba kinclong dari ujung kepala sampe ujung kaki. Eh bukannya reservasi tempat malah nanya mushola. Hehehe... Mungkin bisa jadi inspirasi buat para pengusaha bar, kalau bikin bar sebaiknya dilengkapi dengan mushola.

Selepas dari kasus bar pastinya kami bahagia sekali dapet tumpangan nginep gratis di tempat mewah. Paling tidak, ga jadi ngrepotin temennya Joy dan anggaran Rp 500.000,- per orang untuk menginap di penginapan yang paling murah telah terselamatkan. Alhamdulillah....


Pintu masuk yang saya lewati. Foto saya ambil 2 tahun kemudian setelah saya kembali kesana.


Sofa tempat kami tidur yang menjorok ke dalam di sebelah kanan, posisi toilet di pojok sini. Foto saya ambil dari google.

Pintu tempat kami keluar di sekitar lengkungan yang paling ujung di bawah bendera. Foto saya ambil 2 tahun kemudian dan tidak ada pintu yang dirantai lagi.







Setelah tanya-tanya ke mbah google memang benar tempat itu adalah Five Star Hotel - Luxury & Elegance in Singapore dengan tarif start from Rp 4 juta sekian / malam. Dan saya nyasar di bar-nya. Pantesan toiletnya aja bagus bangeet... Lokasinya dari tulisan "One Fullerton" yang belakangnya singa muntah ke arah kiri kira-kira 115,5 meter, kalau ga percaya silahkan diukur sendiri.

Previous
Next Post »